• Selamat Datang di IMPACT

Latar Belakang

IMPACT, didasarkan pada visi untuk menciptakan agenda restorasi dan rehabilitasi mangrove demi mewujudkan masyarakat lebih sehat, sejahtera dan terjamin dalam pangan serta perlindungan ekosistem wilayah pesisir. Program ini mengandung maksud di mana semua ekosistem dijaga dan dikelola bagaimana menglola program/proyek secara inklusif dan gotong royong terkait dengan keberlangsungan ekosistem pesisir. IMPACT memberikan dampak dan kontribusii terhadap konservasi dan restorasi ekosistem pesisir sebagai bagian penting dari pembangunan wilayah pesisir. Sasaran program ini adalah bekerja pada tingkat aksi langsung dan intervensi yang dibutuhkan untuk mengelola ekosistem secara berkelanjutan, adil dan efektif. Selain itu juga memberikan sasaran dalam rangka memperkuat kerangka kerja yang lebih luas mempengaruhi investasi dan aksi masyarakat dalam mendukung pembangunan pesisir lestari. Keadilan terhadap jender, ekosistem, ekonomi masyarakat menjadi hal penting untuk menjawab krisis sumberdaya pesisir saat ini baik akibat dari kerusakan alami maupun aktivitas manusia.

Mangrove merupakan ekosistem yang kompleks dengan keanekaragaman flora dan fauna yang tinggi. Mereka adalah kombinasi ekosistem darat dan laut, dengan pengaruh besar pasang surut dan pasang surut. Fungsi utama hutan bakau adalah untuk menjaga daratan dari proses erosi, seperti yang disebabkan oleh gelombang dari laut dan angin topan misalnya. Pohon bakau dapat berfungsi sebagai penyangga untuk menyaring dan menjebak bahan organik dan nutrisi dari sungai. Ekosistem seperti mangrove merupakan habitat dengan berbagai fungsi penting, seperti keanekaragaman hayati, kolam genetik, feeding ground, nursery ground, spawning ground dan kerang-kerangan (Murdiyanto, 2003).

Wilayah pesisir merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat dan ekosistem pantai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut (Nababan et al., 2016; Suwarsih, 2018; dan Iswahyudi et al., 2019). Wilayah ini memiliki sumber daya alam yang sangat potensial dan mampu memelihara produktivitas perairan serta menunjang kehidupan masyarakat sekitar (Riwayati, 2014; Purnamawati et al., 2016; dan Muhsimin et al., 2018).

Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang didominasi oleh beberapa spesies pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur. Komunitas vegetasi ini umumnya tumbuh pada daerah intertidal dan supratidal yang cukup mendapat aliran air, dan terlindung dari gelombang besar dan arus pasang-surut yang kuat. Karena itu hutan mangrove banyak ditemukan di pantai-pantai teluk yang dangkal, estuaria, delta dan daerah pantai yang terlindung (Bengen, 2001).

Karena sifatnya yang keras, misalnya karena genangan pasangsurut air laut perubahan salinitas yang besar, perairan yang berlumpur tebal dan anaerobik, maka pohonpohon mangrove telah beradaptasi untuk itu baik secara morfologi maupun fisiologi (Nontji, 2007). Ekosistem mangrove didominasi oleh tumbuhan dari jenis Rhizophora, Avicennia, Bruguiera, dan Sonneratia (Nybakken, 1988). Selain itu, pada ekosistem mangrove juga ditemukan tumbuhan jenis Ceriops, Xylocarpus, Acrostichum, Lumnitzera, Aegiceras, Scyphyphora, dan Nypa (Soerianegara, 1993 dalam Tuwo, 2011).

Secara sektoral, kekayaan yang dimiliki oleh wilayah pesisir dapat memberikan sumbangan yang besar bagi perekonomian masyarakat melalui perikanan, kehutanan, industri, pariwisata, pertambangan, dan sektor lainnya (Suwarsih, 2018). Salah satu komponen wilayah pesisir yang memegang peranan cukup penting adalah ekosistem hutan mangrove (Kusrini et al., 2018). Ekosistem hutan mangrove adalah keanekaragaman hayati wilayah pesisir, didominasi oleh jenis tumbuhan terestrial yang dapat menginvasi serta tumbuh di lingkungan air laut (Rosyada et al., 2018). Ekosistem mangrove baik sebagai sumber daya alam maupun sebagai pelindung lingkungan memiliki peran yang amat penting dalam aspek ekonomi dan ekologi bagi lingkungan sekitarnya (Purwanti dkk, 2015).

Fungsi hutan mangrove dibagi menjadi dua yaitu fungsi ekologi dan fungsi ekonomi. Fungsi ekologi hutan mangrove yaitu sebagai pelindung garis pantai, mencegah intrusi air laut, sebagai habitat berbagai jenis burung, dan lain-lain. Sedangkan fungsi ekonomi yang ada di hutan mangrove yaitu penghasil kebutuhan rumah tangga, penghasil keperluan industri, dan penghasil bibit (Warpur, 2016). Besarnya manfaat yang ada pada ekosistem hutan mangrove, memberikan konsekuensi bagi ekosistem hutan mangrove itu sendiri, yaitu dengan semakin tingginya tingkat eksploitasi terhadap lingkungan yang tidak jarang berakhir pada degradasi lingkungan yang cukup parah (Suzana dkk, 2011).

Selain itu masih banyak pula di daerah sekitar mangrove memiliki tingkat kemiskinan yang tinggi, seperti hasil penelitian Andrianto dkk. (2016), kemiskinan yang terjadi tidak dipengaruhi oleh umur, jenis pekerjaan, kesehatan, suku/etnis dan kondisi rumah, melainkan pendidikan, pendapatan, jumlah anggota keluarga yang bekerja dan fasilitas rumah. Masyarakat sangat diperlukan sebagai aktor utama dalam pengelolaan hutan mangrove untuk melestarikan mangrove dan mencegah semakin berkurangnya luas mangrove (Qurniati, et. al., 2017).

Pengelolaan hutan yang dilakukan baik oleh masyarakat, pemerintah, maupun swasta tidak dapat dipisahkan dari tujuan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan masyarakat yang dihasilkan dari pengelolaan hutan dapat dikatakan sebagai tolak ukur dari keberhasilan pengelolaan sumber daya hutan (Sahureka, 2016). Oleh sebab itu, diperlukan penilaian dan pengelolaan khusus pada hutan mangrove yang memiliki produktivitas hayati tinggi agar tetap terjaga kelestariannya (Alviya dkk., 2007).