• Selamat Datang di IMPACT

Chyntia Dian Astuti : Bumi saat ini tidak baik-baik saja. Nasib dunia kita, ada di tangan kita

Wakil Ketua Komite Tetap dan Evaluasi Pengendalian DAS, Hutan Lindung dan Mangrove KADIN Indonesia, Chyntia Dian Astuti dalam kesempatan berbicara sebagai pemateri talkshow
bertema “Langkah Membumi Festival 2023 pada Sabtu,
25 November 2023 di Jakarta mengatakan bahwa bumi sebagai planet kehidupan yang saat ini kita tempati, di mana sistem planet berada pada titik keseimbangan baru, dalam kondisi tidak baik-baik saja.

Menurut Chintya, krisis lingkungan hidup yang semakin cepat dan tatakelola lingkungan yang belum terwujud keberhasilannya, membawa manusia berada dalam kehidupan yang penuh risiko. “Kita diberitahu bahwa saat ini kita sedang menjalani kepunahan massal. Kita sedang mengalami krisis multidimensi, ” kata Chintya dalam materinya yang berjudul “Bagaimana Keberlanjutan (Sustainable) Menjadi Pertumbuhan Berkelanjutan (Sustained Growth).

Lebih lanjut Chintya mengatakan sebagai negara tropis, Indonesia tak lepas dari fenomena La Nina dan El Nino, yang tentunya merupakan dampak dari perubahan iklim. Perubahan iklim itu nyata, tentunya sangat mengancam keberlanjutan umat manusia di bumi. Dengan adanya perubahan iklim, menyebabkan suhu bumi naik yang mendatangkan bencana bagi manusia, salah satunya adalah bencana pangan.

“Nasib dunia kita, ada di tangan kita. Lebih dari 9 (sembilan) miliar orang akan berbagi planet. Kita dan semua yang berharga bagi kita, masih berada di dalam satu planet yang sama, (karenanya) manusia masih memerlukan dan bergantung pada sumber daya yang ada di bumi. Dan kita harus berpikir dengan keras untuk mengangkat miliaran orang agar dapat keluar dari kemiskinan di mana tingginya kebutuhan akan makanan, air dan energi, yang membuat manusia mengeksploitasi alam dengan tanpa batas dan melupakan keberlanjutan alam itu sendiri,”papar Chintya.

Dalam talkshow yang diselenggarakan Blibli Tiket Action bersama dengan Ecoxyztem Venture Builder itu, Chintya mengungkapkan bahwa penandatanganan perjanjian “sustainable/keberlanjutan” yang dilakukan para pemimpin dunia pada tahun 1992 lalu, hanya sedikit dari mereka yang memahami dengan jelas apa maksudnya. “Sehingga saya menduga banyak dari mereka yang tidak mengetahuinya. Oleh karena itu, tidak butuh waktu lama bagi konsep ini untuk bermutasi menjadi sesuatu yang sedikit berbeda dari pemahaman awal “sustainable”, yang di dalam KTT Bumi tahun 2012 diadopsi oleh para pemimpin dunia, menjadi “sustained growth/pertumbuhan berkelanjutan,”jelas Chintya.

Oleh karenanya kata Chintya, diperlukan inovasi di segala bidang. “Agar manusia tak terjebak dalam lingkaran masalah, di mana kita mengeksploitasi dan merendahkan alam secara berlebihan yang akhirnya kita sendiri yang terjebak dalam situasi alam yang seperti kita rasakan sekarang ini, panas yang sangat tinggi, kekeringan dimana-mana, gagal panen, erosi di daerah pesisir, dan lainnya, “ungkap Chintya.

Mengutip pernyataan Ketua Umum KADIN, Arsjad Rasjid kata Chintya, telah ditekankan kepada seluruh anggota-anggotanya untuk selalu bekerja secara Inklusif, berkolaborasi antar lintas sektor dan progresif dengan memperhatikan keberlanjutan lingkungan. Arsjad kata Chintya juga menyerukan untuk segala aktivitas bisnis harus memperhatikan prinsip prinsip green development.

Jadi, manusia ujar Chintya, perlu saling bergandengan tangan, berkolaborasi bersama untuk menjaga alam dan lingkungan. One Action for One World dalam mengatasi perubahan iklim yang saat ini sudah terjadi di mana-mana.

“Pesan yang saya dapat sampaikan adalah jika kamu berpikir bahwa ekonomi lebih penting daripada lingkungan, coba rasakan menahan nafas sambil menghitung uangmu, ”pungkas Chintya. *

Artikel ini sudah di tayangkan di : https://www.majalahglobalreview.com/chyntia-dian-astuti-bumi-saat-ini-tidak-baik-baik-saja-nasib-dunia-kita-ada-di-tangan-kita/

webadmin_impact2023